Jalan penuh tantangan
Untuk menuju Simbuang dan Miallo diperlukan tenaga dan nyali yang kuat. Berangkat dari Rantepao jam
10.00 pada tangggal 4 Agustus 2010 dengan naik ojek dengan biaya Rp.
200.000,- ditambah uang makan dan juga makan untuk tukang ojek, sampai
di Sima pada jam 19.00 dan sebagian besar perjalanan di guyur hujan. Di
perjalanan terkadang kita harus yang mengangkat motor karena kondisi
jalan yang tidak ada bedanya kubangan kerbau.
Inilah
yang membuthkan tenaga ekstra dan juga nyali yang tinggi apalagi
jalanan ke Simbuang penuh dengan jurang dan lumpur. Begitu juga kalau
dari Sima melanjutkan perjalanan ke Miallo dengan kondisi jalanan yang
juga jukup menantang serta biaya Rp. 150.000,- sekali jalan dengan waktu
tempuh 3-5 jam tergantung kondisi jalan dan situasi. Sedangkan
dari Miallo ke Sibanawa biaya ojek pada musim hujan antara Rp. 75.000,-
- Rp. 100.000,-, jadi tergantung kondisi jalan, begitu juga waktu
tempuh 1-2 jam. Dari Sibanawa menungguh mobil dari Mamasa ke Toraja
lewat Polewali, Pinrang dan Enrekang.
Perlu perhatian
Kalau
kita melihat potensi di Klasis Simbuang dan Simbuang Barat, maka amat
banyak masalah tetapi juga banyak potensi yang perlu mendapat perhatian.
Jadi hal-hal inilah yang kiranya diberi perhatian, dan jangan datang
membawah program sesuai dengan keinginan bagi mereka yang ingin membantu
atau mendampingi masyarakat di sana, tetapi perlu mengembangkan
berdasarkan potensi lokal, merencanakan program secara partisipatif
dengan masyarakat di sana.
Jadi
kita dalam pembinaan itu bersifat pendampingan sehingga kita hanya
bersikap mendampingi masyarakat dalam mengembangkan potensi dalam bentuk
program kegiatan, dan jangan kita datang membawah program, tetapi kita
datang untuk mendampingi masyarakat untuk mengenal masalahnya,
potensinya dan merencanakan program apa yang harus dibuat untuk
mengatasi persoalan atau masalah yang dihadapi masyarakat berdasarkan
potensi lokal.
Sumber :
Bapak Pendidikan bagi Simbuang
|
ditulis oleh: Toni
|
Sempat disangka “Missing in Action”, karena tak ada komunikasi sedikitpun. Mereka masuk terlalu dalam ke pelosok Toraja. Tiga tahun kemudian dikabarkan mereka telah membuka SD, serta merintis SMP dan SMA. | ||
Bulan September 2005, Dominggus dan Nies berjalan meniti bukit-bukit berumput yang terjal dan menuruni lembah-lembah curam di wilayah Kabupaten Mamasa, Tana Toraja, pelosok Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Sulawsei Barat. |
Tidak ada transportasi
yang melintasi trek pegunungan seperti ini, mereka berdua dengan bekal
seadanya, berjalan lima hari lima malam untuk sampai ke desa Simbuang,
desa penghasil Kopi Toraja yang terkenal itu, sekaligus desa yang
paling IDT di Tana Toraja.
Sesekali
mereka beristirahat dan tidur di tepi jalan setapak dalam perjalanan
panjang itu. Perjalanan misi menuju Simbuang ini mereka lakukan setelah
sebelumnya selama enam bulan mereka bergumul di satu desa terakhir di
jalur yang menuju Simbuang.
Menjelang sore di
hari kelima, mereka menginjakkan kaki di garis finis, desa Simbuang.
Awal dari perjalanan panjang mereka melayani, memberkati, dan membangun
generasi dan masyarakat Simbuang.
|
|
|
Membuka SD, Menjadi Guru Sukarela
Simbuang dihuni oleh orang-orang asli suku Toraja yang masih kuat menjalankan agama nenek moyang mereka, Alu Todolo. Orang Simbuang bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Di Simbuang anak-anak tidak bersekolah ketika Minggus dan Nies tiba. “Tidak ada guru,” kata mereka. Minggus dan Nies melihat hal ini sebagai jalan yang Tuhan telah bukakan bagi mereka untuk pelayanan di sana. Mereka pun membuka Sekolah Dasar dan menjadi guru sukarela yang mendidik sedikitnya 72 anak murid. |
|||||
|
Merintis SMP dan SMA
Waktu berlalu, pelayanan berkembang dan mulai menampakkan buah-buahnya yang ranum. Sukses membuka SD, tidak membuat mereka berhenti sampai di situ, mereka malah merintis pendirian SMP bahkan kemudian SMA. Aktivitas mereka membangun generasi di Simbuang ini tak pelak sangat menyita perhatian dari pemerintah daerah, yang kemudian turut mendukung mereka dengan membangunkan tempat untuk sekolah. Di Simbuang kini ada pemandangan baru yang belum pernah ada sebelumnya.. iring-iringan anak-anak berseragam sekolah. |
|||||
|
||||||
|
||||||
Share on Facebook |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar